Part 1
Sunyi dan senyap ! Hari-hariku sunyi
tanpa adanya sahabat. Apalagi Aku hidup sebatang kara, tanpa dampingan ayah dan
bunda. Aku berfikir kenapa orang tuaku tega membuangku. Menurutku, Aku adalah
anak yang tidak diharapkan, karena mana ada orang tua yang tega membuang anak
kandungnya sendiri.
Waktu
kecil, orang tuaku menaruhku di sebuah rumah besar, Madam Jane yang selama ini
telah merawatku dirumah besar itu. Aku tinggal dan besar bukan sebagai seorang
anak, tapi sebagai seorang pembantu. Setiap hari Aku disuruh mencuci pakaian dan
mengerjakan seluruh pekerjaan rumah.
Sampai disaat aku berumur 10 tahun, Madam Jane
berniat untuk menjualku kepada orang yang tidak pernah Aku kenali. Madam Jane
meyeretku untuk masuk ke mobil, tapi aku berusaha melepas tanganku darinya.
Perasaan takut serasa menghantuiku, membuatku tidak bisa mengendalikan amarahku
lagi. Aku menatap Madam Jane dan berteriak kepadanya.
“Madam Jane! Aku tau Madam telah merawatku sejak kecil,
tapi tingkah laku Madam sudah keterlaluan seperti binatang!” teriaku.
“Apa?! Kamu tega dengan orang yang sudah
merawatmu, dasar anak tidak tau diuntung!” teriaknya keras sambil menampar
pipiku.
Aku tidak percaya dengan apa yang Kulihat,
terasa waktu itu hanyalah sebuah mimpi. Tapi, itu benar-benar terjadi, ucapanku
menjadi sebuah kenyataan. Seketika Madam Jane berubah menjadi seekor kucing tepat
dihadapanku.
“Madam Jane, apa yang terjadi
denganmu ? “ tanyaku bingung.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, dengan
perlahan Aku melangkah mundur sambil membuka pintu rumah Madam Jane. Masih
tidak percaya dengan yang kulihat, Aku langsung melarikan diri dari tempat itu.
Aku terus lari tanpa mengetahui arah.
Setelah
Aku sadari, ternyata Aku berada ditempat yang waktu itu Aku takuti, yaitu Hutan
Sihir. Hutan yang kata orang-orang dipenuhi oleh hal-hal gaib. Bulu kudukku
mulai merinding, perasaan takut mulai menghantui diriku. Aku bergegas lari dari
tempat itu, Aku terus lari tanpa berhenti sedetikpun.
Bukannya
Aku keluar dari hutan, tapi Aku tepat berada ditengah hutan. Hutan itu sangat gelap
dan terdengar suara-suara aneh yang mengelilingiku. Dengan nafas yang mulai
habis, Aku terus maju dengan perlahan dengan bulu kuduk yang masih berdiri.
Dari kejauhan, Aku melihat sebuah rumah tua yang berdiri ditengah hutan.
Setelah Aku mendekat kerumah tua itu,
ternyata rumah itu masih berdiri dengan
kokoh disana.
Dengan
perlahan Aku langsung masuk kerumah tua itu, tanpa mengetuk pintu. Aku melihat
keseliling rumah tua itu, ternyata didalam sangatlah gelap tanpa adanya cahaya
lilin ataupun lampu.
“Apakah rumah tua ini tidak berpenghuni?”
gumamku.
“Kau salah anak muda!” Terdengar
suara misterius entah darimana.
“Siapa itu?” tanyaku bingung.
Tiba-tiba, dua barisan lilin menyala terang membuat
sebuah jalan yang menuju kesebuah kursi goyang. Dikursi goyang itu, ada seorang
nenek yang sedang duduk sambil merajut.
"Nenek... siapa?" tanyaku ragu.
"Aku adalah penjaga hutan ini. Panggil saja Aku Nenek Heni!" jawab sang Nenek.
"Nenek... siapa?" tanyaku ragu.
"Aku adalah penjaga hutan ini. Panggil saja Aku Nenek Heni!" jawab sang Nenek.
“Tidak apa-apa anak muda, masuklah! Anggap saja rumah sendiri,” bujuk sang
nenek.
“Oh, iya Nek...” Jawabku dengan ragu.
Tiba-tiba Madam Heni beranjak dari
kursi goyangnya dan menuju kesebuah meja dengan empat buah kursi kayu berukiran
kuno. Lalu Nenek Heni mebuka telapak tangannya dan membaca sebuah mantra sihir.
Seketika cahaya terang yang sangat meyilaukan mataku. Aku terhenyak, meja yang
tadinya kosong sekarang penuh dengan berbagai macam jenis makanan.
“Pangeran... Ayo makan !” ajak sang
Nenek.
“Pangeran???”....
Bersambung...
Admin: Bullah
Admin: Bullah
Next, Nama pemainnya siapa? Kok gk ada?
BalasHapusTunggu part selanjutnya ya!
Hapuscerbung ini sangat menarik
BalasHapusTerima Kasih :D ;D :D
Hapus