gambar

Kamis, 12 November 2015

Kutukan Nortwell



Part 1
 
          Sunyi dan senyap ! Hari-hariku sunyi tanpa adanya sahabat. Apalagi Aku hidup sebatang kara, tanpa dampingan ayah dan bunda. Aku berfikir kenapa orang tuaku tega membuangku. Menurutku, Aku adalah anak yang tidak diharapkan, karena mana ada orang tua yang tega membuang anak kandungnya sendiri. 
            Waktu kecil, orang tuaku menaruhku di sebuah rumah besar, Madam Jane yang selama ini telah merawatku dirumah besar itu. Aku tinggal dan besar bukan sebagai seorang anak, tapi sebagai seorang pembantu. Setiap hari Aku disuruh mencuci pakaian dan mengerjakan seluruh pekerjaan rumah.
             Sampai disaat aku berumur 10 tahun, Madam Jane berniat untuk menjualku kepada orang yang tidak pernah Aku kenali. Madam Jane meyeretku untuk masuk ke mobil, tapi aku berusaha melepas tanganku darinya. Perasaan takut serasa menghantuiku, membuatku tidak bisa mengendalikan amarahku lagi. Aku menatap Madam Jane dan berteriak kepadanya. 
“Madam Jane!  Aku tau Madam telah merawatku sejak kecil, tapi tingkah laku Madam sudah keterlaluan seperti binatang!” teriaku.
 “Apa?! Kamu tega dengan orang yang sudah merawatmu, dasar anak tidak tau diuntung!” teriaknya keras sambil menampar pipiku.
             Aku tidak percaya dengan apa yang Kulihat, terasa waktu itu hanyalah sebuah mimpi. Tapi, itu benar-benar terjadi, ucapanku menjadi sebuah kenyataan. Seketika Madam Jane berubah menjadi seekor kucing tepat dihadapanku. 
“Madam Jane, apa yang terjadi denganmu ? “ tanyaku bingung.
Aku tidak tahu harus berbuat apa, dengan perlahan Aku melangkah mundur sambil membuka pintu rumah Madam Jane. Masih tidak percaya dengan yang kulihat, Aku langsung melarikan diri dari tempat itu. Aku terus lari tanpa mengetahui arah. 
            Setelah Aku sadari, ternyata Aku berada ditempat yang waktu itu Aku takuti, yaitu Hutan Sihir. Hutan yang kata orang-orang dipenuhi oleh hal-hal gaib. Bulu kudukku mulai merinding, perasaan takut mulai menghantui diriku. Aku bergegas lari dari tempat itu, Aku terus lari tanpa berhenti sedetikpun. 
            Bukannya Aku keluar dari hutan, tapi Aku tepat berada ditengah hutan. Hutan itu sangat gelap dan terdengar suara-suara aneh yang mengelilingiku. Dengan nafas yang mulai habis, Aku terus maju dengan perlahan dengan bulu kuduk yang masih berdiri. Dari kejauhan, Aku melihat sebuah rumah tua yang berdiri ditengah hutan. Setelah Aku mendekat kerumah  tua itu, ternyata rumah  itu masih berdiri dengan kokoh disana.
            Dengan perlahan Aku langsung masuk kerumah tua itu, tanpa mengetuk pintu. Aku melihat keseliling rumah tua itu, ternyata didalam sangatlah gelap tanpa adanya cahaya lilin ataupun lampu.
 “Apakah rumah tua ini tidak berpenghuni?” gumamku.
“Kau salah anak muda!” Terdengar suara misterius entah darimana.
“Siapa itu?” tanyaku bingung.
            Tiba-tiba,  dua barisan lilin menyala terang membuat sebuah jalan yang menuju kesebuah kursi goyang. Dikursi goyang itu, ada seorang nenek yang sedang duduk sambil merajut.
"Nenek... siapa?" tanyaku ragu.
"Aku adalah penjaga hutan ini. Panggil saja Aku Nenek Heni!" jawab sang Nenek.
“Tidak apa-apa anak muda, masuklah! Anggap saja rumah sendiri,”  bujuk sang nenek.
“Oh, iya Nek...” Jawabku dengan ragu.


          Tiba-tiba Madam Heni beranjak dari kursi goyangnya dan menuju kesebuah meja dengan empat buah kursi kayu berukiran kuno. Lalu Nenek Heni mebuka telapak tangannya dan membaca sebuah mantra sihir. Seketika cahaya terang yang sangat meyilaukan mataku. Aku terhenyak, meja yang tadinya kosong sekarang penuh dengan berbagai macam jenis makanan.

“Pangeran... Ayo makan !” ajak sang Nenek.

“Pangeran???”....
  
 
Bersambung...


Admin: Bullah

4 komentar: