gambar

Kamis, 19 November 2015

Kutukan Nortwell



Part 2
         Tujuh tahun telah berlalu, dan inilah Aku sekarang, Alexander Nortwell. Kini usiaku telah menginjak 17 tahun, dan aku tetap sama seperti dahulu, tak ada sahabat yang dapat menemani hari-hariku. Ini bukanlah akhir dari segalanya, tapi ini adalah awal dari kisah hidupku.
         Aku sekarang sadar, tidak selamanya aku hidup sendiri. Kini telah ada nenek yang selama ini telah merawatku penuh dengan rasa kasih sayang. Tidak seperti masa laluku yang dipenuhi dengan kesuraman.
        Sering kali aku befikir, banyak orang yang mengira di dalam hutan ini terdapat hal-hal gaib. Tapi, selama aku hidup di sini tidak terjadi apapun kepadaku. Buktinya, Aku masih hidup sampai sekarang ini. Malah aku suka  tinggal disini, serasa hutan Sihir adalah rumahku sendiri.
“Alex, ayo makan !” teriak Nenek kepadaku.
“Iya Nek !” sahutku.
        Aku bergegas pergi dari sungai ini, tapi ada sesuatu hal yang terlintas dipikiranku, membuatku mengurungkan niat ini.
“Benda apa itu ?” gumamku.
Tiba-tiba Aku melihat sebuah benda yang mengapung di aliran sungai. Karena rasa penasaran, aku berniat untuk mengambil benda aneh itu.
“byur...”
Dengan badan yang terhempas masuk kedalam sungai, aku berenang mengikuti aliran yang deras ini.
“Sedikit lagi, sedikit lagi !” gumamku.
Aku hampir berhasil meraih benda ini, namun karena derasnya sungai, benda ini semakin menjauh dariku.
“Sedikit lagi, sedikit lagi !” gumamku lagi.
Karena usaha yang keras, akhirnya aku berhasil mendapatkan benda ini. Tak kusangka, benda yang aku kira aneh ini adalah sebuah bendera.
“Oh... Ternyata benda aneh ini adalah sebuah bendera” kataku.
Sempat aku melupakannya, aku masih berada di dalam sungai. Aku bergegas berenang meneju ketepian, tapi ini sudah terlambat. Kakiku terasa lebih rendah daripada badanku, ternyata aku berada tepat di air terjun.
“Tolong...tolong...tolong...” teriakku keras.
Kupejamkan mataku perlahan, untuk menghilangkan rasa takut yang selama ini kumiliki.  Aku tidak dapat melihat kelanjutannya, karena aku tak sanggup melihat akhir yang tragis ini.
          Satu menit telah berlalu. Tapi, dari tadi aku tak merasakan apapun. Badanku tak terhempas kebawah air terjun.
“Mengapa dari tadi aku tidak jatuh? Apakah aku harus membuka mataku ?” tanyaku dalam hati.
Karena rasa takut yang masih menghantui, kubuka mataku dengan perlahan-lahan.
“Aaaapa....?!” tanyaku kaget.
Apa yang terjadi dengan diriku? Tubuhku ternyata tidak jatuh kebawah, tapi malah melayang di udara.
“Mengapa tubuhku bisa melayang begini?? Tolong...tolong...tolong...” teriakku.
Aku tak percaya, tubuhku dengan perlahan menuju ketepian dengan sendirinya. “Hup..”  aku mendarat dengan selamat.
“Apa yang terjadi denganku?” pikirku.
“Kamu tidak apa-apa nak?” tanya Madam Heni yang tiba-tiba muncul dari balik pohon.
“Nnnne...Nenek? Apa nenek yang telah menyelamatkanku ?” tanyaku.
“Sudah nenek bilang, kamu harus pulang tepat waktu.” marah sang nenek.
“Tapi nek...” belum sempat menyelesaikan kalimatku, nenek meyuruhku untuk pulang ke rumah.
“Sudah, ayo cepat !” perintah Nenek.
Bendera yang telah ditemukan tadi, aku simpan dikantong celana. Aku dan Nenek pun berjalan pulang menuju rumah. Rumah yang selama ini menjadi tempatku berlindung.
          Sesampainya dirumah, aku segera mengganti pakaian. Saat sedang memasukan tangan kedalam saku, bendera yang kutemukan tadi terjatuh. “Bendera ini?” tanyaku dalam hati. “Apakah aku harus menanyakan pada nenek?” tanyaku lagi. Namun, aku menghiraukannya dan bergegas mandi.
          Beberapa menit kemudian aku pergi ke meja makan. Ternyata nenek sudah menungguku disana.
“Wah...Ini semua kan makanan kesukaanku, terima kasih ya Nek.” Ucapku.
“Iya, sama-sama. Makan yang banyak ya !” pinta nenek.
Tanpa menghiraukan kata-kata nenek, aku langsung saja menyantap semua makanan yang ada di meja makan ini.
          Setelah semua makanan di meja makan habis, aku tak lupa menanyakan semua hal yang kualami tadi.
“Ne...nek? Apa aku boleh menanyakan sesuatu?” tanyaku dengan penuh ragu.
“Iya, boleh! Memang hal apa yang ingin kamu tanyakan?” jawab nenek.
Tak tahu harus berkata apa, aku langsung buru-buru pergi ke kamar dan meninggalkan nenek yang masih duduk disana.
“Dimana ? Dimana ? Dimana ? Dimana benda itu ?“ ucapku bingung.
Aku tidak tahu dimana aku meletakkan bendera itu tadi. Aku sudah mencari bendera itu kesemua sudut ruangan. Tak terasa, aku menginjak seutas tali dilantai. Setelah aku melihatnya, ternyata bendara itu berada dibawah tempat tidurku.
“Oh...ini dia, apa mungkin bendera ini jatuh dari atas meja ?” gumamku.
“Benda apa ini ?” 


Bersambung...

Admin: Bullah

4 komentar: